Senin, 08 Februari 2010 23:13
Pengulas memperkirakan dukungan bagi kelompok itu menyusut dalam pemilihan anggota parlemen pada paruh kedua tahun ini.
Pasukan keamanan menggerebek rumah wakil pemimpin Mahmoud Ezzat, anggota badan pelaksana Essam Erian dan anggota utama lain pada Senin pagi serta menahan mereka, kata pengacara.
"Penangkapan 14 orang ini menggenapi sejumlah anggota terkemuka sesudah pemilihan dalam dan menjelang pemilihan anggota parlemen," kata pengacara Abdel-Moneim Abdel-Maksoud.
Persaudaraan itu secara luas dinilai sebagai satu-satunya kelompok lawan, yang mampu mengerahkan ribuan pendukung dalam menentang pemerintah, tapi anggotanya secara teratur ditangkap menjelang pemilihan umum pusat atau daerah.
"Ini bagian dari upaya negara terhadap kelompok itu. Kelompok tersebut siap untuk pemilihan anggota parlemen dan usaha ini untuk membendung kegiatan seperti itu," kata Mohamed Katatni, anggota badan pengarah kelompok itu.
Mohammed Badie, yang terpilih sebagai pemimpin pada Januari, mengatakan kepada kantor berita Inggris Reuters bahwa kelompok itu bertekad tetap bersemangat dalam berkampanye di pemilihan anggota parlemen tersebut, tapi menyatakan penumpasan oleh negara itu mungkin mencegah pengulangan keberhasilan pada 2005.
Pemerintah Presiden Hosni Mubarak, yang pendahulunya ditembak pejuang, mewaspadai kelompok mana pun dengan kecenderungan Islami, termasuk Persaudaraan, yang sejak lama meninggalkan kekerasan dan bersikukuh memperjuangkan perbaikan secara damai.
Pasukan keamanan menahan 20 anggota lain Persaudaraan pada Sabtu dan Minggu.
Persaudaraan Muslim, kelompok lawan terbesar dan paling tergalang di negara itu, menguasai 20% dari kursi di parlemen.
Kelompok itu secara resmi dilarang, tapi menurunkan calonnya dengan sebutan mandiri dalam pemilihan anggota parlemen pada 2005, yang dikotori kekerasan dan pelanggaran.
Ketenaran gerakan itu berasal dari karya kemasyarakatannya, berbeda mencolok dengan Partai Demokrasi Nasional berkuasa, yang secara luas dinilai korup.
Yang berwenang Mesir berulangkali menuduh Persaudaraan Muslim berusaha menumbangkan pemerintah.
Tapi, anggota kelompok itu menuduh penguasa tersebut melakukan penangkapan terhadap anggotanya untuk menjauhkan mereka dari kehidupan politik menjelang pemilihan anggota parlemen pada tahun mendatang.
Kelompok itu secara resmi dilarang, tapi anggotanya dibiarkan bergerak terbuka oleh pemerintah dan bahkan memiliki kantor di Kairo tengah, meskipun kelompok tersebut menjadi sasaran tindakan keras secara teratur.
Pada 2005, Persaudaraan Muslim memperoleh 88 dari 454 kursi dalam pemilihan parlemen, yang dinodai kekerasan, dengan menampilkan calon sebagai mandiri.
Undang-undang dasar Mesir melarang partai berdasarkan atas agama atau pertalian kelas, tapi kelompok itu menguasai hampir seperlima dari kursi di parlemen sejak menampilkan calon mandiri dalam pemilihan umum pada 2005.
Kelompok telah lama menghindari kekerasan itu menyatakan tujuannya adalah mendirikan negara Islam di Mesir dengan melakukan bujukan dan melalui kemenangan dalam pemilihan umum, tidak lewat kekerasan. (ant/roc)
c
Tidak ada komentar:
Posting Komentar